http://Katamedia.idOrang tua di Samarinda mengeluhkan tingginya harga buku dan LKS hingga harus mengeluarkan uang Rp 1,5 Juta. Tingginya biaya buku paket dan LKS ini membuat sejumlah ibu-ibu menggelar aksi damai di depan Kantor Gubernur, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Rabu (24/7/2024).
Aksi para ibu ini bertajuk Stop Komersialisasi dan Liberalisasi Pendidikan Anak. Hal ini mereka lakukan lantaran merasa terbebani dengan biaya pembelian buku di sekolah terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit. (tribun.kaltim.com)
Dikutip dari laman yang sama, puluhan emak-emak berdaster kembali menyuarakan dugaan pungutan liar (pungli) di sejumlah SD dan SMP Negeri di Samarinda, Kamis (1/8/2024). Kali ini mereka menggeruduk Kantor Wali Kota Samarinda.
Aksi ini digelar selama 7 jam lamanya dan menyatakan bahwa mereka akan bergerak ke IKN apabila satu minggu ke depan belum mendapatkan jawaban pasti atas keluhan mereka. Untuk diketahui, para emak-emak ini mengeluhkan mahalnya seragam, biaya pembangunan, dan harga sejumlah buku yang wajib dibeli anak-anak mereka.
(https://kaltim.tribunnews.com/2024/08/01/tunggu-1-minggu-untuk-pemkot-samarinda-beri-jawaban-emak-emak-berdaster-ancam-gelar-demo-di-ikn)
Pendidikan Dikomersialisasi?
Melihat fakta diatas nampaknya dapat kita amati bahwa emak-emak sebenarnya tidak hanya mengeluhkan biaya buku yang mahal. Namun, kompleksitas persoalan hidup seperti biaya kebutuhan pokok, bahan bakar, bayar air, listrik, dan biaya lainnya. Di tengah himpitan ekonomi yang sulit, diperparah pula dengan awal masuk sekolah yang disuguhi dengan biaya buku, seragam dan perlengkapan sekolah tentu membuat emak-emak mengeluh hingga melakukan aksi demonstrasi.
Pendidikan seyogyanya menjadi suatu hal yang mudah didapatkan oleh seluruh anak bangsa, sebab pendidikan termasuk ke dalam hak setiap orang yang harus dipenuhi. Namun realita hari ini tak terhitung sudah berbagai problem yang datang dari dunia pendidikan. Mulai dari moral adab dilingkungan sekolah, gedung atau fasilitas yang kurang, hingga berbiaya tinggi yang agaknya menjadi persoalan utama. Mengapa demikian?
Pada kenyataannya dunia hari ini sedang dalam kungkungan sistem Kapitalisme yang membawa arus pemikiran semua bertumpu pada materi atau uang, memiliki konsep yang materialistik apa pun bisa didapat asal memiliki modal yang besar. Belum lagi manfaat atau keuntungan yang menjadi asasnya, menjadikan orang bebas berbuat sesuka hati asal dilihat ada manfaat di sana maka akan dilakukan meski hal itu terlarang atau menyulitkan orang lain.
Ditambah arus kapitalisme kini sudah merasuk ke dalam semua sektor kehidupan hari ini, tidak terkecuali pendidikan. Maka, terjadilah hal-hal yang kita lihat sekarang, nampak pendidikan dijadikan sebagai ajang bisnis atau bentuk komersil pada sebagaian kelompok tertentu.
Selanjutnya, kapitalisme pula membentuk dan mengarahkan seseorang hidup hanya berfokus pada materi, dengan adanya pemikiran sekuler yang lahir dari kapitalisme. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Meniadakan peran Tuhan pada aktivitasnya sehari-hari, agama hanya di masjid sedangkan ketika bekerja jangan bawa-bawa agama.
Alhasil, kaum muslimin hidup bebas tanpa aturan Allah, boleh melakukan apa saja tak peduli itu haram atau halal, kuliah hanya untuk mencari kerja, orientasi hidup hanya dunia semata. Na’udzubillah!
Pendidikan dalam Islam
Islam memiliki sistem yang komprehensif untuk mengatur kehidupan manusia, tak terkecuali perihal pendidikan. Dalam Islam, pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang akan dipenuhi negara secara cuma-cuma alias gratis untuk masyarakat. Kesadaran kuat akan perintah Allah atas wajibnya menuntut ilmu, membuat negara secara maksimal menyelenggarakan pendidikan.
Mulai dari membangun gedung sekolah yang terjangkau di wilayah masyarakat, buku-buku, fasilitas penunjang yang lengkap seperti laboratorium-lapangan-perpustakaan, juga tak lupa adanya tenaga pendidik yang berkualitas dan lainnya yang kesemua itu dilakukan dengan cara terbaik agar tersampaikannya ilmu pengetahuan bagi umat.
Di samping itu, pendidikan dalam Islam juga didasari oleh keimanan atau ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Para pelajar ditanamkan akidah Islam yang kuat serta ketaatan kepada perintah Allah, sehingga ilmu pengetahuan apapun yang mereka kuasai nantinya akan menambah iman dan takwa mereka kepada Ilahi Rabbi.
Maka wajarlah, di masa kejayaan Islam dahulu lahir banyak ilmuwan muslim yang cerdas dalam ilmu sains namun juga seorang alim ulama. Seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Abbas Ibn Firnas, dan masih banyak lagi yang karya-karya mereka masih bermanfaat hingga hari ini bagi peradaban manusia. Masyaallah!
Selanjutnya, bentuk kecintaan Islam terhadap ilmu pengetahuan juga dapat kita lihat dari lembar sejarah. Bahwa banyaknya perpustakaan-perpustakaan yang berdiri megah membuat banyak manusia bahkan dari penjuru dunia betah menimba ilmu di sana. Hal ini sekaligus meyakinkan kita bahwa bangunan sekolah, buku-buku dan lainnya bukan lagi menjadi persoalan bagi negara, tentu fasilitas pendidikan sudah terbangun dengan baik kala itu.
Hal ini bisa terjadi dengan hebat dalam pendidikan Islam tentu tidaklah berjalan sendiri, melainkan dibarengi dengan adanya sistem ekonomi Islam juga sistem politik Islam yang bersumber dari sang pencipta. Dengan aturan-Nya, Sumber Daya Alam di negeri tersebut dikelola dengan benar oleh negara secara mandiri tidak dicampuri pihak asing.
Sehingga hasil dari pengelolaan itu diberikan untuk umat, yang mampu mencukupi segala yang dibutuhkan umat. Inilah sedikit gambaran luarbiasanya Islam mengatur umat manusia, segala kemuliaan dan kesejahteraan akan datang manakala Islam diterapkan secara utuh dikehidupan kita hari ini. Wallahu a’alam bishawwab[]
Penulis: Annisa Putri, S.Pd
(Praktisi Pendidikan)